·
Para
peneliti dari pembelajaran online (misalnya, Gunawardena, 1995;
Gunawardena & Zittle,1997; Tu, 2000) mulai mengembangkan teori kehadiran
sosial yang dikembangkan oleh Williams, dan Christie (1976). Berdasarkan
pengalaman dan penelitian mereka, bahwa peserta didik dalam diskusi asynchronous
online, menggunakan teks saja, mampu memproyeksikan kepribadian mereka
ke dalam diskusi online dan menciptakan social presence
(kehadiran sosial).
·
Pengembangan
lain menemukan bahwa peserta didik secara online mampu menampilkan diri
sebagai “nyata” serta “terhubung” dengan orang lain ketika berkomunikasi dalam
lingkungan pembelajaran online, melakukan hal-hal seperti menggunakan
emoticon, bercerita, dan bahkan menggunakan humor (Rourke et al., 2001a; Swan,
2003). Dengan demikian, persepsi pribadi pada pengguna social presence
berjalan dari waktu ke waktu dengan pengalaman menggunakan media komunikasi,
belajar untuk memahami isyarat yang diperoleh ketika berinteraksi.
·
Dalam
penelitian lain, social presence (kehadiran sosial) sekarang menjadi
konsep sentral dalam pembelajaran online. Misalnya, kehadiran sosial
telah terdaftar sebagai komponen kunci dalam kerangka teoritis untuk pendidikan
jarak jauh (Akyol & Garrison, 2009)
·
Para
peneliti juga menemukan hasil antara kehadiran sosial dan kepuasan siswa
(Gunawardena, 1995; Gunawardena & Zittle, 1997)
·
Social
presence (kehadiran social) dan pengembangan
komunitas pelajar (Rourke, Anderson, Garrison, & Archer, 2001a; Rovai,
2002), dan
·
Kehadiran
sosial dan dirasakan belajar
(Richardson
& Swan, 2003).
Komentar
Posting Komentar