Senin, 4 mei 2020
Tema: Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor
Nara sumber: Ukim Komarudin
Oleh: Mudafiatun Isriyah
Assalamualaikum Wr Wb
Masa penantian informasi telah usai.
Sangat lama kunanti.
Perjuangan demi perjuangan telah terlewati.
Tak lelah menanti.
Di bulan ramadhan sudah tiba kini.
Kuterima dengan senang hati.
Sangat Bahagia Siang ini mendapat ilmu yang sangat ku nanti-nanti.
Yukkks Fokusss......
Sebenarnya proses menulis sejak kecil sudah dilakukan, namun menulis apa ya..jangan kepo dulu....baper boleh lah..yuk saat ini penulis akan mengajak pembaca mengajak berbagi pengalaman menarik sukses masuk ke penerbit Mayor. Penasaran bukan...
Bagaimana Cerita selanjutnya Om Ukim?
Siang ini kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin. Dibantu Mr Bams perjalanan sharing ilmu berjalan dengan baik dan teratur. Om Ukin panggilannya. Dengan gaya sederhananya Om Ukim menyapa pada kami. "Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat".
Pengalama Om Ukim Yang Tak Dilupakan.
Diawali dari cerita pengalaman Om Ukim yaitu Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Kemudian....
Selain menulis apa adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
So...
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggaltulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.
Nah.....
Karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Hemmm Menyenangkan
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Ahaa sudah ada yang tertarik nich..
Saya diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Great ...
Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Terbukti Kan..
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.
Nah Ini kunci suksesnya..
Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Pengalaman menyenangkan
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Saat menyenangkan menerima DAMI
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangani saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira. mohon maaf apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.
Selayang Pandang Untuk Om Ukim.
Hampir setiap orang ingin menjadi orang sukses. Tetapi kebanyakan orang tidak memahami bagaimana menempati dan memberlakukan dirinya mencapai kesuksesan, Sering kali kesuksesan hanya dimaknai sebatas hasil. Padahal dua pertiga bagian dari pencapaian sukses adalah kesungguhan berproses.
Ternyata seorang hebat Om Kim mempunyai kita-kiat sukses menata dirinya adalah dengan menggunkan kunci tiga jalan:
hemmm kerenn bangett akankah kita melakukan seperti Om Kim yang memiliki katangguhan menjalani proses tersebut. Ayukk kita koreksi diri sampai dimana kah kita berproses nya. kalau masih setengah-setengah jamgan berharap untuk gool sukses menjadi penulis yang di tunggu pembacanya. Jangan asal memanfaatkan peluang di saat follower nya banyak kemudian sikut kanan kiri semua jalan dihalalkan, inilah kunci keterpurukan, mari kita menata hati seperti Om Ukim.
Sharing dengan peserta
➥ Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
Kesimpulan:
Kunci sukses menerbitkan buku ke penerbit Mayor adalah selain menerima info detail tgs tim editorial, memenuhi kebutuhan buku, naskah, mengetahui alur pembuatan buku, yg paling penting adalah naskah karya asli, belum pernah dipublikasikan, memiliki cerita menarik, naskah diketik rapi, memiliki peluang pasar, tdk kintrovensi, BUKAN PLAGIAT, lengkapi dg sinopsis sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yg anda miliki dibandingkan dg buku2 bertema serupa yg sdh beredar d pasar
Tema: Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor
Nara sumber: Ukim Komarudin
Oleh: Mudafiatun Isriyah
Assalamualaikum Wr Wb
Masa penantian informasi telah usai.
Sangat lama kunanti.
Perjuangan demi perjuangan telah terlewati.
Tak lelah menanti.
Di bulan ramadhan sudah tiba kini.
Kuterima dengan senang hati.
Sangat Bahagia Siang ini mendapat ilmu yang sangat ku nanti-nanti.
Yukkks Fokusss......
Sebenarnya proses menulis sejak kecil sudah dilakukan, namun menulis apa ya..jangan kepo dulu....baper boleh lah..yuk saat ini penulis akan mengajak pembaca mengajak berbagi pengalaman menarik sukses masuk ke penerbit Mayor. Penasaran bukan...
Bagaimana Cerita selanjutnya Om Ukim?
Siang ini kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin. Dibantu Mr Bams perjalanan sharing ilmu berjalan dengan baik dan teratur. Om Ukin panggilannya. Dengan gaya sederhananya Om Ukim menyapa pada kami. "Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat".
Pengalama Om Ukim Yang Tak Dilupakan.
Diawali dari cerita pengalaman Om Ukim yaitu Pertama, saya berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga tidak perduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Kemudian....
Selain menulis apa adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
So...
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggaltulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.
Nah.....
Karena komentar tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Hemmm Menyenangkan
Demikianlah waktu itu, saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Ahaa sudah ada yang tertarik nich..
Saya diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Great ...
Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada, apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Terbukti Kan..
Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.
Nah Ini kunci suksesnya..
Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Pengalaman menyenangkan
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Saat menyenangkan menerima DAMI
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangani saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira. mohon maaf apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.
Selayang Pandang Untuk Om Ukim.
Hampir setiap orang ingin menjadi orang sukses. Tetapi kebanyakan orang tidak memahami bagaimana menempati dan memberlakukan dirinya mencapai kesuksesan, Sering kali kesuksesan hanya dimaknai sebatas hasil. Padahal dua pertiga bagian dari pencapaian sukses adalah kesungguhan berproses.
Ternyata seorang hebat Om Kim mempunyai kita-kiat sukses menata dirinya adalah dengan menggunkan kunci tiga jalan:
- Attendance (sungguh-sunguh dalam kehadiran),
- Attitude (sikap dan perilaku attendance),
- achievement
(kesungguhan berproses)
hemmm kerenn bangett akankah kita melakukan seperti Om Kim yang memiliki katangguhan menjalani proses tersebut. Ayukk kita koreksi diri sampai dimana kah kita berproses nya. kalau masih setengah-setengah jamgan berharap untuk gool sukses menjadi penulis yang di tunggu pembacanya. Jangan asal memanfaatkan peluang di saat follower nya banyak kemudian sikut kanan kiri semua jalan dihalalkan, inilah kunci keterpurukan, mari kita menata hati seperti Om Ukim.
Sharing dengan peserta
➥ Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
Kesimpulan:
Kunci sukses menerbitkan buku ke penerbit Mayor adalah selain menerima info detail tgs tim editorial, memenuhi kebutuhan buku, naskah, mengetahui alur pembuatan buku, yg paling penting adalah naskah karya asli, belum pernah dipublikasikan, memiliki cerita menarik, naskah diketik rapi, memiliki peluang pasar, tdk kintrovensi, BUKAN PLAGIAT, lengkapi dg sinopsis sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yg anda miliki dibandingkan dg buku2 bertema serupa yg sdh beredar d pasar
Yesss done, ijin sholat ashar omj
Wassalamualaikjm Wr Wb
# Semoga bisa nerbitkan di penerbit Mayor
#bulan berkah artikel publish di Journal Elementary Education Online EED Ya Rabb semoga segera ada kbabar Accepted aamiinn
# Sekarang proses publish di Journal International of Psychosocial Rehabilitation
# puasa ke 11
#Mudafiatun Isriyah
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBelum pernah menghapus pak wkwkwk
HapusNatural, Mantap Buk, Salut..
BalasHapusEdisi puasa pak gercep
HapusAsyik saya ikut menyimak
BalasHapus